Tuesday, September 14, 2021

Rabbit Hole in My Holiday [2]

Balik lagi ke review buku-buku yang aku baca selama liburan ini!

Tapi nggak berasa deh, bentar lagi udah masuk kuliah aja :( apakah aku bisa menyelesaikan semua bacaan yang masih menunggu untuk dituntaskan sebelum ada kloter selanjutnya dari hasil kabita aku buat beli buku baru? Masih dipertanyakan sih ini huft.

Aku sih berharapnya walaupun ya nanti udah mulai masuk kuliah lagi, aku bisa curi-curi waktu buat baca novel hehehehe, susah kali ya ini. Enak aja kali sekarang mah direncanain atau dibayanginnya, padahal pas udah kejadian langsung mah boro-boro kali ya itu nyentuh novel. Yang ada mah beberapa novel udah tuntas selama liburan setelah mendekam entah berapa tahun di rak, eh bakal ada novel baru yang mendekam setelah itu alias siklusnya berputar aja disitu :) 

Oke, kita langsung aja masuk ke beberapa novel yang aku baca di part kedua ini! 


1. The Chocolate Heart 

Buku ini merupakan karya Laura Florand yang juga merupakan penulis bestseller The Chocolate Thief. Kalau berdasarkan catatan singkat di akhir buku ini sih The Chocolate Heart sendiri merupakan salah satu dari enam buku Serial Cokelat nya. 

Buat yang udah kenal aku dari lama pasti tau kalau dulu aku suka banget sama Paris! Sekarang juga masih sih, cuma karena udah lebih eksplorasi juga liat di youtube dan lain-lain jadinya ya makin banyak tempat yang pengen aku kunjungin selain negara ini. Tapi, untuk beberapa tahun yang lalu, aku bener-bener addict sama Paris dan Menara Eiffel hahaha. Kamar aku yang dulu tuh ditempelin stiker Menara Eiffel, terus pasti suka beli miniaturnya atau hal-hal berbau Paris, dan yap, salah satunya yaitu buku ini! Walaupun aku nggak inget pasti alesan utama aku beli buku ini apa, tapi ya bisa aku tebak kalau diri aku di masa lalu tertarik sama cover buku ini. 

Sinopsis:

Kalau ada daftar hal yang paling kubenci di dunia ini, aku akan menyebut Paris dan makanan manis! Kini aku harus menghadapi keduanya. Kembali ke Paris untuk merasakan mimpi buruk, mengurusi kerajaan bisnis hotel ayahku. Aku terpaksa melakukannya. Ini semua demi perjanjian mahapenting yang telah kami sepakati.

Dengan semua keenggananku, masih ditambah lagi kesalahpahaman yang tidak ada ujungnya dengan dia. Pria dingin yang semula memperlakukanku dengan buruk, lalu terus-terusan menyuguhiku dengan makanan manis buatannya. Apa perlu kubilang lagi? Aku tersiksa melihat tegaknya Menara Eiffel setiap hari. Aku mual melihat tatanan makanan manis yang tidak akan pernah sesuai dengan lidahku.

☺☺☺

Dari judulnya yang terkesan manis, sinopsisnya cukup mencerminkan hal yang berbeda ya?

Mungkin karena itu juga aku dulu tertarik buat beli buku ini. 

Asli, kayaknya ini buku paling lama yang mendekam di rak aku. Ini merupakan buku terjemahan yang udah terbit di tahun 2013 dan cetakan pertama di Indonesia tuh tahun 2015, itu dari yang aku pahamin sih setelah melihat halaman awal buku ini. Cukup menjadi alasan kenapa beberapa bagian dari buku ini udah menguning, walaupun nggak separah itu juga. Aku bener-bener lupa kapan aku beli buku ini, tapi kalau mau diasumsiin aku udah punya buku ini dari awal terbit yang berarti dari tahun 2015, berarti ya buku ini udah cukup 'tersiksa' karena diem aja di rak selama 6 tahun :') 

Langsung aja deh ya kita bahas lebih dalam lagi tentang buku ini.

Buku ini cukup tebel sih dari yang udah aku baca di part 1 yang rata-rata jumlahnya tuh 300-an halaman, sedangkan buku ini hadir dengan total 460 halaman. Jadi waktu yang aku butuhkan sampai akhirnya menuntaskan buku ini tuh cukup lama juga, dengan berbagai distraksi urusan rumah atau godaan tontonan lainnya :') 

Buku ini beneran manis sih. Apalagi kalau udah masuk ke halaman-halaman akhir, rasanya kayak duh mau deh :( HAHAHA. Selain karena bukunya yang cukup tebal, aku sendiri lama buat baca ini karena penulisannya yang detail, jadi aku suka bacanya tuh diulang-ulang buat bener-bener mahamin ceritanya. Ini balik ke tiap orang sih ya, mungkin karena aku udah lama nggak baca juga jadi kadar terbiasanya aku udah berkurang. Ditambah juga dengan interaksi tokoh utama dari cerita ini, yaitu Summer dan Luc, yang bikin aku harus fokus ke mereka doang gitu. 

Kenapa sih jadi harus bener-bener fokus gitu?

Mereka tuh dua orang dengan kontradiksi akan diri dan hidup yang menghasilkan semuanya jadi nggak bisa berjalan semulus itu diantara keduanya. Luc dengan pengendalian dirinya yang kuat bagai baja, kecintaannya akan makanan manis sebagai pastry chef terbaik di dunia, dan masa lalu yang membentuknya sampai dia bisa jadi dirinya yang sekarang. Summer dengan kekayaan yang melimpah, makanan manis yang sudah direnggut sejak ia kecil, dan kecintaannya akan pulau kecil di Pasifik yang berbeda jauh dengan kemewahan Paris. 

Kira-kira itu gambaran yang bisa aku kasih ke kalian. 

Kalau mau gampang mah, anggep aja mereka mau sesuatu, ngerasain hal yang sebenernya sama buat keduanya, tapi ego, rasa sakit akan masa lalu, dan pemahaman yang buruk dengan ucapan masing-masing jadi bikin semuanya nggak nemuin garis akhir yang sama. Atau perumpamaan lainnya, semoga aja ini bener dan nyambung. input mereka udah beda dari awal dengan masa lalu yang berkebalikan, ibaratnya hitam dan putih, proses mereka ditengahnya akan hal yang mereka hadapi di masa kini tuh sama, apa yang mereka rasain tuh sama, tapi output mereka untuk mengekspresikan hal itu jadi kayak kutub utara sama selatan yang saling bertentangan aja, karena input mereka di awal yang emang udah beda dan mempengaruhi pola pikir mereka itu.

HAHAHA pusing nggak sih :( intinya mah aku suka geregetan sendiri kalau udah baca bagian yang kayak gitu. 

Tapi tentu aja keseluruhan akan cerita dan konflik diantara keduanya nggak cuma perkara kayak yang udah aku gambarin secara singkat sebelumnya, ada banyak hal lain yang juga mempengaruhi itu. Di cerita ini kita bakal ngeliat apa kedua tokoh utama bisa berdamai dengan masa lalu yang udah menyakiti mereka sebegitu dalamnya. Gimana hal penting bagi mereka berdua tuh bagaikan ujung dengan ujung, yang entah nggak bisa mereka lepasin salah satu atau bisa dicari jalan tengah untuk itu. Atau juga tentang menerima diri sendiri secara seutuhnya, tanpa kesempurnaan yang sebenernya juga nggak bener-bener ada. 

Kita juga bakal liat, apakah perjuangan Luc untuk memberikan makanan manis ke Summer itu akhirnya bakal dapet lampu hijau? Apakah isi hatinya, yang tercermin dalam makanan manis yang ia buat, bisa dirasakan oleh Summer? 

Makanlah. Makanlah apa yang tidak bisa kuucapkan. Semuanya ada disitu. Semuanya. Kau sudah memakan hatiku. 

Jadi begitu ya cara komunikasi pastry chef terkenal di dunia? Karena cukup kesulitan dalam menunjukkan perasaannya, jadi semuanya dituangin dalam bentuk makanan manis? 

Soleil

Panggilan Luc ke Summer, yang di awal tuh aku sama sekali nggak tau artinya apa karena pas baca tuh nggak ada terjemahan arti kata itu, tapi entah kenapa buat aku tuh manis aja. Dan ternyata pas aku cari, arti dari soleil itu sun. Cukup menjelaskan sih kenapa Luc manggil Summer dengan itu. Ada satu scene yang mungkin bisa sedikit menggambarkan kenapa Summer dipanggil soleil sama Luc, ini juga jadi salah satu bagian mereka yang bikin aku kesemsem HAHA. 

"Tahukah kau, kau memiliki bintang-bintang di rambutmu." itu kata Summer, menjurus ke kerlap-kerlip lampu Menara Eiffel yang ada di belakang Luc.

Dan ini dia balasan Luc,

"Kau memiliki matahari dalam dirimu, yang terbit sepanjang waktu. Sedang bintang milikku akan lenyap dalam semenit."

HEHEHE. Mungkin menurut kalian biasa aja atau cheesy, tapi pas aku baca itu tuh aw aw :( 

Oke, terakhir! Ada kutipan yang cukup bagus, di luar pembahasan mengenai cinta-cintaan ini, karena siapa tau kalian udah cukup kenyang akan pembahasan makanan manis, cinta, dan Menara Eiffel ini, jadi aku persembahkan sisi lain dari novel ini, yang tentunya juga membahas mimpi-mimpi besar untuk ke depannya,

"Jika kau mempunyai mimpi di kepalamu, tapi setiap kali kau mencoba menyadarinya, kau berakhir dengan kekacauan, kau harus mencoba sesuatu yang berbeda."


2. Kitchen

Buku karya Yoshimoto Banana ini cukup menarik perhatian aku sih pas pertama kali aku tau buku ini. Dari segi judul dan sinopsis yang bikin aku bertanya-tanya akan cerita dari buku ini, ditambah cover buku yang simpel tapi menarik juga tuh cukuplah ya bikin aku punya niatan buat mengadopsi buku ini juga.

Sinopsis:

"Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur."

Semua tokoh dalam kumpulan novela ini mengalami pergulatan batin setelah ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai; orang tua, kakek dan nenek, kekasih... Mereka menghadapi keseharian, kemudian menyadari dalam kesepian mereka bahwa dunia ini penuh dengan keseimbangan unik di tengah kematian dan kehidupan.

Kitchen adalah karya debut Yoshimoto Banana yang telah memenangkan berbagai penghargaan literatur bergengsi. Melalui kalimat-kalimat yang disajikan dengan indah, Yoshimoto Banana akan mengajakmu menghadapi pergulatan emosional ketika berhadapan dengan kehilangan, kepedihan, dan perasaan sepi karena khawatir dianggap rapuh.

☺☺☺

Begitulah.

Mungkin terkesan 'biasa' karena mengangkat tema kehilangan, yang udah banyak buku dengan cerita seperti itu kan. Tapi, pastilah aku penasaran, gimana ceritanya sebuah dapur bisa disandingkan dengan kata kehilangan, kepedihan, dan perasaan sepi. Dari segi manakah dapur tuh bakal mengajarkan kita hal-hal tersebut? 

Sebelum kita lanjut, aku mau ingetin kalau kata novela di atas tadi perlu kita perhatikan dengan seksama. Kenapa? Karena menurut definisinya sendiri dari KBBI, novela itu merupakan kisahan prosa rekaan yang lebih panjang dan lebih kompleks daripada cerita pendek, tetapi tidak sepanjang novel, jangkauannya biasanya terbatas pada satu peristiwa, satu keadaan, dan satu titik tikaian. Jadi kalau kalian mengira buku ini kesatuan cerita dibawah kata 'dapur', coba dikesampingkan dulu deh.

Jujur, aku sendiri nggak begitu ngeh awalnya. Baru deh tuh pas liat kalau buku ini cuma terbagi dari tiga bagian cerita, yang biasanya kalau buku lain tuh sampe beberapa chapter kan ya, aku bingung sendiri karena apa emang sesingkat itu? Dan nggak berhenti disitu kebingungan aku. Setelah aku baca lagi dan sampai di bagian ketiga, itu aku sampe buka ke lembar-lembar setelahnya buat mastiin ini bener-bener tokoh yang berbeda atau cuma tambahan tokoh, dan ternyata di bagian ketiga itu kita masuk ke cerita yang berbeda dari bagian pertama dan kedua tadi. 

Asli, karena nulis disini aku baru search kata novela itu sendiri dan baru deh dalem hati ini tuh 'OOHH PANTESAN' HAHAHA :( aku emang seneng dan cukup sering baca, tapi pengetahuan aku masih cetek juga, jadi seneng juga sih ini aku tau hal baru, yang mungkin bukan hal yang bener-bener baru ya buat kalian yang baca ini atau yang sering baca buku juga hehehe.

Buat aku sendiri, penulisan buku ini sangat menyenangkan sih. Duh, biar nggak salah paham nih ya, maksud menyenangkan disini tuh aku bener-bener enjoy bacanya, dan pembawaannya tuh oke aja gitu. Karakter dari tiap tokohnya tuh bener-bener beda dan buat aku, hal itu merupakan hawa segar sendiri yang kayaknya aku belum pernah deh baca cerita dengan tokoh seperti itu. 

Eriko-san. Dia yang aku maksud.

Aku bener-bener apa ya, kehibur banget kalau udah masuk di bagian dia. Aku setuju sih sama pendapat sang tokoh utama, yaitu Sakurai Mikage, yang bilang kalau Eriko-san itu luar biasa. Kehadirannya tuh bener-bener bersinar. Kayak ngebawa angin segar di tengah keadaan yang cukup kelam ini. Rasanya tuh, walaupun cerita ini berfokus di Mikage, tapi sosok Eriko-san tuh lebih berkesan, itu buat aku sendiri sih. 

Jadi, untuk cerita di bagian pertama dan kedua ini kita akan bertemu Mikage, Yuichi, dan Eriko-san. Di cerita ini pula 'dapur' sendiri mempunyai peranan yang penting. Duh, gimana ya cara aku nyeritain atau ekspresiin cerita mereka tanpa spoiler hal-hal pentingnya? :') Pokoknya, kalau mau dibandingin dengan cerita yang satunya, cerita mereka ini lebih hangat. Mungkin karena berhubungan sama keluarga juga sih ya, dan gimana mereka cuma punya satu sama lain. Dari kisah mereka juga aku cukup ngerasain yang namanya 'bebas' walaupun kebebasan itu nggak didapat dengan hal yang menyenangkan. Bukan bebas karena kita emang bener-bener bisa, tapi bebas karena kita sendirian.

Sedangkan untuk di bagian ketiga, kita akan bertemu Satsuki, Hitoshi, Hiiragi, Yumiko, dan Urara. Berbeda dengan cerita sebelumnya, disini kita akan melihat beberapa anak remaja dengan kisah cinta mereka. Buat aku sendiri, walaupun ada beberapa cerita manis diantara mereka, tapi kepedihannya tuh lebih berasa. Nggak tau sih ini aku aja yang terlalu sensitif, tapi perkara bagian 'dia melambaikan tangannya, berkali-berkali', aja tuh bikin aku mau nangis. Buat kalian yang udah baca, atau mungkin belum dan akhirnya tertarik untuk baca, nanti kalian bakal tau scene apa yang cukup membekas buat aku. 

Aku nggak tau sih untuk bagian Satsuki dan lainnya itu hal yang emang nyata atau bukan, karena apa yang mereka alamin tuh apa emang pernah kejadian di dunia ini atau nggak, tapi kalau aku ngeposisiin diri untuk ada di satu kejadian itu, aku nggak tau sih harus ngerasa gimana.. Kayak, apa akhirnya lega? Atau itu malah jadi satu coretan baru di ingatan dan hati aku. 

Hahaha. Ini aku bener-bener nyoba buat nyeritain apa yang aku rasain tanpa ngebocorin jalan ceritanya kayak gimana. Nggak ketauan kan ya ceritanya kayak apa? Semoga aja nggak deh ya. Kalau kalian penasaran bisa langsung dibeli nih. Aku kalau beli buku tuh di shopee atau tokopedia Penerbit Haru langsung, atau bisa di shopee owlbookstore. Disana banyak potongan harganya juga, jadi pantengin aja deh buat dapetin buku yang kalian mau dengan harga murah meriah! 

Duh, kalau mau ngomongin soal kutipan yang berkesan buat aku di buku ini mah, ada banyak banget! Aku sampe bingung milihnya. Beneran. Udah aku baca berulang-ulang, tapi rasanya kayak kalian harus tau semuanya gitu. Makanya, ini aku bagi jadi dua ya. Kutipan yang berkesan secara pribadi untuk aku, dan kutipan yang aku emang mau sampaikan itu ke kalian. Masing-masing bagian ada dua kutipan, karena aku beneran nggak bisa milih kalau cuma harus satu haha. 

Pertama, yang bener-bener berkesan buat aku secara pribadi.

"Rasanya tidak nyata. Segala sesuatu yang hingga beberapa waktu ada, kini menggelincir dengan kecepatan tinggi di depanku."

"Kenangan indah yang sejati akan senantiasa hidup dan berkilau. Seiring dengan berlalunya waktu, kenangan itu akan terus bernapas dalam kesenduan."

Entah dalam bentuk maupun situasi apa pun, aku yakin di luar sana juga banyak orang ngerasain hal yang sama. Jadi aku cuma mau bilang, kalian nggak sendirian, oke? Semua pasti bakal baik-baik aja dengan sejalannya waktu yang ada.

Kedua, kalimat yang aku juga mau kalian tau soal ini.

"Orang tidak dikalahkan oleh situasi atau kekuatan dari luar, kekalahan itu datang dari dalam diri sendiri."

"Dunia ini tidak dibuat khusus untukku. Itulah sebabnya persentase datangnya kemalangan takkan berubah, tidak bisa kutentukan sendiri. Karenanya, buatlah hal-hal selain itu seriang-riang mungkin tanpa keraguan."

Oke, itu dia total empat kutipan yang akhirnya aku pilih untuk aku bagi ke kalian. Terima kasih untuk diriku ini yang sudah berpikir keras untuk itu, hahaha. 

Untuk ukuran buku yang cukup kecil dibanding teman-temannya yang lain, isi dari buku ini beneran bagus dengan kesederhanaan dalam penulisan kata demi kata yang bisa menembus hati kita. Ah iya, walaupun agak telat buat ngasih tau ini sekarang, tapi aku suka sama tekstur cover buku ini! Aku nggak bisa deskripsiin jelasnya, tapi yang pasti bahan cover buku ini bukannya yang mulus banget gitu, pas dipegang bisa kita rasain tekstur agak ngegerinjil tapi enak deh pokoknya! 


3. Memory of Glass

Ini merupakan buku ketiga karya Akiyoshi Rikako yang aku baca. Dua buku sebelumnya yang udah aku baca beberapa tahun yang lalu itu ada Girls in the Dark dan The Dead Returns. Sejak saat itu aku mulai tertarik sama karyanya, karena ceritanya tuh unik dan plot twist abis. Selain dari segi penulisan yang menurut aku punya style nya sendiri, cover dari bukunya ini juga punya identitas sendiri, yang mayoritasnya tuh bernuansa gelap atau kelam. Jadi selain sinopsisnya yang udah pasti bikin penasaran banget, cover nya ini juga berperan penting karena ya kita jadi bertanya-tanya aja gitu ceritanya bakal kayak apa.

Sinopsis:

Polisi bilang, aku melaporkan diriku sendiri.

Kata mereka, aku membunuh seorang pria.

Hanya saja... aku tidak ingat.

Aku tidak ingat pernah melapor, apalagi membunuh orang.

Sebenarnya apa yang terjadi?

☺☺☺

Nah, dari sinopsisnya aja udah bikin penasaran, kan?

Asli, walaupun udah lama dari terakhir kali aku baca karya Akiyoshi Rikako ini, tapi masih sedikit kebayang betapa dibuat terombang-ambingnya aku dalam menentukan siapa sebenernya tokoh jahat di cerita itu, gimana kira-kira akhir dari ceritanya, dan penulisannya tuh selalu bisa ngebuat aku amazed sendiri sama jalan cerita keseluruhannya. Termasuk di buku ini.

Kayaknya hal yang udah pasti kalau baca karya beliau tuh yaitu suudzon sama tiap tokoh! Hahaha. Tapi beneran deh ini mah. Baru di awal cerita tuh kita curiga sama si A. Pas mulai ke pertengahan tuh, mulai ngerasa ada yang janggal, curiga sama B. Pas semua udah lebih menjurus ke C, rasanya kayak 'OHH TERNYATA DIA TOH SELAMA INI' atau 'BENER KAN DIA YANG JAHAT!!', eh abis itu dipelintir lagi hahaha, jadi ya selamat deh. Kalau baca buku karya Akiyoshi ini emang bisa sekali duduk sih kalo emang sepenasaran itu.

Sebenernya untuk tiap buku berlaku ekstra kesabaran buat aku nggak langsung ngebalik ke halaman terakhir dan liat akhir dari ceritanya, tapi pas baca ini tuh rasanya beneran kek, duh!! Aku berkali-kali heboh sendiri pas baca saking keasikannya, atau pas lagi di bagian yang pentingnya tuh rasanya kek wow ada sesuatu baru, tapi dibalik sesuatu yang baru itu ada sesuatu yang baru lagi hahaha. Berasa dikasih kado yang dibungkusnya berlapis-lapis ya. Terus emang beneran bikin kita suudzon loh, kayak ya coba bayangin kita udah sampe di petunjuk yang kuat banget mengarah ke si A itu pelakunya, tapi sisa dari lembar buku tuh masih banyak, ya mikir dong kita kalau nggak mungkin ceritanya kelar gitu aja? Bakal ada apa lagi setelah itu? Ya suudzon dong jadinya huhu.

Oke, jadi cerita ini berpusat di Kashihara Mayuko yang memiliki gangguan ingatan karena kecelakaan yang pernah ia alami beberapa tahun lalu, yang juga menewaskan kedua orang tuanya. Mayuko jadi nggak bisa mengingat hal-hal yang terjadi setelah kecelakaan itu. Ingatan itu akan jadi potongan-potongan samar yang nggak dia kenali sama sekali, dan hal itu akan terjadi terus menerus. Lalu seakan gangguan ingatan yang dialami Mayuko ini nggak cukup, ia juga menjadi tersangka dari kasus pembunuhan yang dilaporkan oleh dirinya sendiri, namun gangguan ingatan itu tentunya menjadi penghambat dalam mencari kebenaran dari kasus tersebut. 

Tokoh lain yang juga menjadi dasar dari cerita ini ada Kashihara Mitsuharu selaku suami Mayuko, Gouda selaku pembunuh orang tua Mayuko dan orang yang terbunuh di kasus Mayuko, Yuka dan Nomura selaku polisi detektif yang menangani kasus ini, dan Hisae selaku teman dari Mayuko. Nah kira-kira suudzonnya aku berkisar di antara mereka semua. 

Pas akhirnya tau kronologi sebenarnya dari kasus ini tuh berasa kek..... wow? Ternyata nggak sedangkal itu, dan orang tuh bisa mikir sampe sejauh itu. Terus aku jadi mikir gimana kalau hal yang sama juga terjadi di dunia nyata? Kalau dari segi Mayuko yang ditahan sementara di pusat detensi sambil mengumpulkan berbagai bukti tuh kan aku jadi bisa bayangin rasanya disana tuh gimana, nggak enak banget. Terus juga waktu para polisi dan detektif nyari berbagai bukti yang membutuhkan banyak waktu dan energi, juga ketelitian dan kepekaan luar biasa karena yang namanya kebenaran tuh bisa aja keliatan bener padahal ada kebenaran yang sesungguhnya dibalik itu. 

Berbeda dari dua buku sebelumnya yang udah pernah aku baca, yang ceritanya berkisar di dunia para remaja dan segala permasalahan di masa itu, di buku ini kita diajak ke dunia setelah itu, yaitu para dewasa dengan berbagai persoalannya, dari percintaan sampai keluarga. Kerasa banget sih unsur keluarga di buku ini. Selain dari masalah utama dengan Mayuko dan kasusnya yang masih di tahap penyelidikan, kita juga bisa ngeliat cerita Yuka dan keluarganya, terkhusus ibunya disini, lalu juga Nomura sebagai kepala keluarga juga ayah dari anaknya. Kalau dari Yuka kita bisa ngeliat dari sisi seorang anak yang harus mengurus ibunya dan juga menjalankan tugasnya di tempat kerja, sebuah hal yang nggak mudah, dengan berbagai gejolak perasaan yang dia rasakan. Untuk dari Nomura sendiri, kita bisa lihat dari sikapnya yang cekatan dan seperti tidak mengeluhkan apa-apa, seakan nggak pernah ada hal gawat di hidupnya, tapi perlu diingat kalau dia juga seorang kepala keluarga dan juga ayah, yang buat aku ia menjalankan tugasnya di tempat kerja dan rumah dengan baik. 

Hahaha, aku malah jadi cerita soal tokoh lain di buku ini ya. Tapi buat aku sendiri, peran mereka tuh besar banget dan berkesan di aku. Jadi ya sisi lain dari cerita ini nggak bisa dikesampingkan begitu aja, karena kita juga bisa belajar dari cerita mereka.

Dari cerita ini juga kita bisa melihat kalau kekuatan cinta itu.... begitu besar. Aku sampe merinding sendiri pas bacanya, kayak wah, sekuat itu walaupun yang ia hadapin amat sangat nggak mudah. Kalau aku mau komentar soal ending nya sih.... AKU SEDIH BANGET. Kayak, duh. Habis pusing-pusingan sama berbagai petunjuk, ngebadut gitu kan si A jahat si B jahat, eh abis itu ceritanya malah gitu :( bukan yang sedih sampe nangis sih... Kalau mau dijabarin perasaannya tuh kayak.. hangat? Tapi juga menyesakkan gitu. Kok bisa kisah orang jadi setragis itu? Kok bisa ada orang kuat banget ngehadepin itu?

Pokoknya emang cerita dengan plot twist yang mencengangkan. 

Aku kalau mau memposisikan diri sebagai Mayuko atau Mitsuharu tuh rasanya nggak sanggup deh. Mayuko yang rasanya selalu kembali ke titik nol, dengan hal berbeda yang ia ingat tiap ingatannya tuh berasa ke-reset, atau dengan gangguan ingatan itu akhirnya dia ngelupain hal-hal penting di hidupnya. Kalau Mitsuharu sendiri, dengan dia yang merawat istrinya selama lebih dari 15 tahun tuh, dengan tambahan khusus orang yang ia cintai itu selalu nggak ingat dia kalau emang nggak diingetin tiap ia lupa, tuh rasanya berat banget nggak sih. Aku nggak bisa bayangin aja sih, lelahnya merawat ditambah nggak diinget tuh gimana rasanya.. Makanya buat di bab terakhir itu, rasanya aku nyes banget.. HADUH, mau sedih aja nggak bisa karena takut jadi spoiler. Pokoknya kalian yang udah baca pasti tau maksud aku apa :(

Awalnya aku agak ragu apa bakal ada kutipan yang berkesan di buku ini karena emang ceritanya lebih mengarah untuk menemukan kebenaran kasus itu kan, tapi di akhir ada kata-kata yang aku suka nih,

"Tidak melakukan apa yang tidak bisa dilakukan itu, tidak buruk dan tidak salah. Tidak ada artinya memaki diri sendiri atau tertekan oleh rasa bersalah."

Mungkin itu kalimat yang cukup sederhana, tapi perlu untuk kita dengar juga kan, apalagi kalau ternyata itu kata-kata yang selama ini kita cari untuk ketenangan diri kita sendiri.

Oh ya, terakhir nih. Aku sepanjang baca buku ini juga bertanya-tanya kenapa judulnya itu Memory of Glass, kayak ya aku udah tau kalau si tokoh utama emang punya gangguan ingatan, tapi kenapa dihubungkan dengan kaca? Dan jawaban dari percakapan Mayuko dan Mitsuharu ini mungkin bisa menjawab pertanyaan itu,

Meski tidak kelihatan, bukan berarti tidak ada. Kau bisa menyentuhnya jika kau mengulurkan tangan. Sinar matahari, angin, kita tidak bisa melihatnya, bukan? Akan tetapi kehangatannya, kesegarannya, bisa kita rasakan. Karena itu, ingatanmu pun, meski tidak bisa dilihat, ia ada di dalam dirimu.

Itu mungkin untuk dasarnya ya. Ada lagi lanjutannya, yang bener-bener bikin aku tersentuh. Kaca yang kita bahas disini, bisa dimaksudkan sebagai kaca patri. Kenapa kaca patri?

Kaca patri... jika ada warnanya, kita bisa melihat kaca. Kaulah yang sudah memberikan warna pada ingatanku. Karena kaulah aku bisa merasakan apa yang aku lalui sampai hari ini.

Sumpah. Di halaman yang sama dengan kalimat di atas itu isinya beneran bikin nangis. Pokoknya di bab terakhir tuh isinya nano-nano deh. Hangat, tapi menyesakkan. Berasa banget gitu rasa cinta dan sayangnya di bagian itu. Mau aku kasih tau tapi udah kebanyakan yang aku kasih tau disini huhu. Walaupun aku masih nggak percaya karena akhir dari ceritanya begitu, agak nggak terima juga, tapi itu emang akhir yang cukup manis sih. Manis tapi jadi agak hampa aja gitu. Penyelesaian keseluruhan cerita yang sangat apik. 

Oke, sebagai penutup dari cerita yang sangat mengesankan ini, aku kasih satu lagi kata-kata Mayuko yang cukup ya, mengharukan sekaligus menyakitkan. Aku bener-bener enjoy baca buku ini, dan nggak sabar buat baca karya Akiyoshi Rikako yang lain!

Sesedih apa pun, sehancur apa pun hatiku, aku ingin mengingatmu.


Sekian perjalananku menjelajahi berbagai dunia yang berbeda dari buku yang berbeda pula. Dari Paris sampai ke Jepang, dengan cerita yang beragam pula, aku bertemu banyak tokoh yang melalui banyak hal dalam hidupnya, dan bisa belajar dari mereka semua. 

Semoga kalian semua juga bisa terhibur dengan ceritaku ini ya. Mungkin juga bisa bermanfaat buat kalian yang lagi nyari buku baru untuk dibaca. Tapi buat kalian yang emang jarang buat baca, dan bisa jadi tau sekilas cerita dari satu buku tertentu yang aku bagikan disini, semoga pengalaman membacaku ini bisa menghibur untuk kalian! Siapa tau juga mulai bisa menumbuhkan minat membaca buat kalian, ya kan? Hehe, tentunya setelah menemukan buku yang cocok buat kalian. 

See you!

No comments: