Sunday, November 21, 2021

Rabbit Hole in My Holiday [3]

 Hai!

Aku kembali lagi dengan buku yang aku baca selama liburan kali ini. Tapi berhubung perkuliahan aku udah mulai berjalan seperti seharusnya, jadi post ini sekaligus menjadi seri terakhir dari 'dunia baru yang aku masuki selama liburan'! 

Tenang aja, masih ada banyak novel yang nunggu buat aku baca, hahaha. Tapi aku seneng sih, karena buku-buku yang aku baca selama liburan ini emang termasuk semua buku yang udah lama ada di rak dan belum aku baca. Jadi, untuk buku-buku setelahnya yang mungkin bakal muncul juga di blog ini termasuk buku-buku baru! 

Sebenernya sih ya, jumlah buku yang udah selesai aku baca dan 'menunggu' giliran untuk dibaca lagi tuh sebanding hahaha. Sebegitu kalapnya aku waktu beli buku. Tapi siapa sih yang nggak kalap kalau ada promo bayar 1 buku bisa dapet total 3 buku? :( dan itu bisa kita pilih juga, ya nggak mau ketinggalan dong aku hehe. Ada juga promo lain, yaitu buku terbitan haru yang harganya jadi 25.000. Itu emang sisa display dll sih, jadi untuk kualitas bukunya juga nggak bisa diharapkan seperti buku baru. Tapi keadaan bukunya pas aku terima tuh masih bagus kok! Pokoknya seneng, buku yang udah lama aku taksir bisa aku dapetin dengan harga yang jauh lebih murah! :D 

Jadi, inti dari liburan kurang lebih dua bulan ini adalah Hasna yang menuntaskan buku-buku di rak dan juga Hasna yang kembali mengisi buku untuk memenuhi rak, hahaha. So happy!

Oke, kita langsung aja ya ke dunia baru di part ketiga ini! 

1. Girl Meets Boy

Buku kedua dari Winna Efendi yang aku baca selama liburan ini. Jujur, aku sebenernya nggak inget pernah baca atau nggak buku ini. Kenapa? Karena pas aku pertama baca tuh kayak familiar, tanda-tanda udah pernah aku baca sebelumnya. Tapi aku bener-bener lupa cerita dari buku ini, sekaligus nggak yakin kalau emang pernah nyelesein buku ini. Mungkin pernah aku baca, tapi cuma awal-awal aja? Atau mungkin emang udah habis aku baca, tapi saking lamanya jadi aku udah lupa? Entah, yang jelas aku memutuskan buat baca buku ini karena penasaran juga. Lagian nggak ada salahnya kan kalau emang ini baca untuk yang kedua kalinya?

Keadaan buku ini pas aku ambil dari rak yaitu, halamannya udah cukup menguning. Apalagi di halaman-halaman awal buku. Cukup menjelaskan kalau buku ini udah ada untuk waktu yang nggak bisa terbilang sebentar. Cetakan pertama buku ini di tahun 2015, jadi ya hahaha nggak tau deh emang udah ada berapa lama ini buku di rak :D 

Sinopsis:

Dear Ava,

Saat kamu menerima surat ini, mungkin aku udah nggak ada di sini. Mungkin aku udah jadi murid senior di Alistaire. Mungkin aku udah ada di lingkungan baru. Atau, mungkin di Broadway, tampil perdana untuk pertunjukan Annie dan tiketnya terjual habis dalam lima menit (boleh dong, ngarep). Who knows?☺ Itulah hebatnya dunia, selalu penuh dengan kesempatan yang nggak terduga.

Satu hal yang mesti kau ingat, kita punya janji untuk saling menemukan, bukankah begitu?

Love,

Rae


Dear Kai,

And then I said, "Kai, aku sayang kamu."

Kamu menatapku, lalu mengusap rambutku lembut. Ini adalah kali pertama aku mengucapkannya kepada siapa pun. Kamu nggak mengatakannya balik. Dan, kurasa, sejak awal aku udah tahu.

Aku tahu tindakan kamu barusan adalah ucapan i-love-you terbaik yang mungkin bisa kudapatkan, but it's okay, because I love you.

And unlike you, I'm not afraid of saying it.

Love,

Rae

☺☺☺

Dibawah sinopsis itu, yang mungkin lebih mirip dengan penggalan surat sih ya, penulis juga menuliskan bahwa novel ini bercerita tentang kehilangan dan menemukan. Tentang mimpi, tentang keluarga, tentang persahabatan, juga tentang memaafkan diri sendiri. Lewat cerita ini, penulis ingin berkisah perihal momen-momen yang sudah seharusnya berlalu dan dilepaskan. Karena setiap hal indah pada waktunya.

Dan yap, aku setuju. 

Buku ini emang berdasarkan hal-hal tersebut. 

Gimana caranya kita berdamai dengan kehilangan, khususnya yang datang tanpa aba-aba, yang bahkan tidak memberikan kita ruang untuk mengucapkan selamat tinggal. Gimana caranya kita mengatasi rasa bersalah, akan hal-hal yang mungkin bisa kita lakukan, ucapkan, atau tidak ucapkan kepada orang tersebut. Gimana caranya untuk terus hidup dengan bayang-bayang mereka dan selalu teringat tiap melihat barang atau apapun yang dulu memiliki kenangan tersendiri dengan mereka. 

Fokus cerita ini ada pada Ava dan Kai, yang bertemu dengan luka mereka masing-masing. Dengan satu hal, yaitu Rae, yang menjadi benang merah diantara keduanya. Dimana mereka terus mencoba untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan rasa bersalah maupun rindu yang menyesakkan dada. Dimana seharusnya rasa itu tidak ada dengan keadaan mereka yang sedemikian rupa, tapi apa daya jika kita sudah membahas soal perasaan? 

Kalau baca buku ini, kita akan masuk ke dunia musik yang luas. Dimana kita bisa ngerasain sendiri seberapa besar musik tuh udah jadi bagian dari hidup mereka. Keyakinan dan tekad yang kuat untuk dapat meraih mimpi mereka masing-masing. Juga, kita bisa ngeliat serunya dunia sekolah asrama, dengan segala keriuhannya yang nggak akan kita dapetin di sekolah biasa. 

Waktu baca buku ini, aku jadi kangen sendiri sama masa-masa sekolah dulu. Walaupun ya bukan sekolah asrama, tentunya kita punya cerita sendiri kan. Pas liat keseruan pertemanan Ava, Arabel, Figo, dan Sugeng tuh aku jadi duh pengen ngerasain lagi deh haha. Atau pas aku baca lagu yang mereka buat sendiri, ya terlepas dari entah apa ada lagu itu di dunia ini atau nggak, liriknya tuh bikin aku terenyuh sendiri. Atau lirik lagu yang dibuat Rae dan dirampungin oleh mereka di akhir. 

Pokoknya pas udah masuk bagian akhir tuh, entah akunya yang lagi emosional atau emang ada sesuatu aja di bagian tersebut, rasanya tuh aku mau nangis. Nangisnya tuh bukan karena itu hal yang super sedih atau gimana, tapi karena akhirnya mereka udah sampai di titik itu? Setelah melalui banyak hal, berhadapan dengan diri mereka sendiri dan juga masa lalu yang menghantui untuk beberapa waktu. 

Untuk di cerita ini, bentuk kehilangan yang dirasakan tiap tokohnya emang kehilangan yang nyata, bukan karena terpisah oleh jarak atau 'putus' dari sebuah hubungan. Jadi ya, rasanya juga lebih dalam. Tapi menurut aku sendiri, tiap kehilangan tuh membuka luka baru untuk yang merasakannya. Jangankan hal-hal yang emang udah menyedihkan dari sananya, kenangan pahit akan masa lalu, atau hal lainnya, sesuatu yang dulunya menyenangkan pun, kalau udah dihadapkan sama yang namanya 'kehilangan', rasanya jadi berubah. Lagu yang 100% nggak ada unsur sedihnya, tapi karena punya kenangan yang sebegitu berartinya, akhirnya memunculkan perasaan baru tiap kita denger lagunya. 

Apapun. 

Semua bisa jadi pemicunya.

Asalkan emang ada, dan pernah ada jejak seseorang di dalamnya.

Bisa jadi suatu tempat. Suatu pembicaraan. Atau mungkin hal remeh yang bakal kita temuin sehari-hari, yaitu makanan dan minuman. Makanya, nggak mudah kan untuk terus hidup dengan segala bayang-bayang itu? Jadi ya, mau nggak mau, kita harus belajar untuk menerima dan merelakan hal tersebut. Karena kalau nggak ya, kita sendiri kan yang bakal susah. Kita sendiri yang bakal ngerasa sesak, berasa ada beban berat yang terus menghimpit diri kita. 

Tapi tentunya, masing-masing dari kita punya cara tersendiri dalam menyikapi kehilangan tersebut. Seperti yang juga tergambar di buku ini. Ada yang bersikap seolah nggak peduli, atau nggak begitu menunjukkan rasa sedih mereka, dan memilih untuk terus melanjutkan aktivitas sehari-harinya. Ada yang memilih untuk 'merapikan' barang-barang orang tersebut untuk dapat terus bergerak maju. Ada yang menyimpan rapat-rapat luka tersebut untuk dirinya sendiri. Ada berbagai macam cara, dan itu merupakan usaha mereka untuk bisa bangkit dan keluar dari rasa-rasa menyesakkan tersebut.

Ya, kira-kira begitulah cerita dari buku ini. Lewat cerita Ava dan Kai, juga tokoh-tokoh lain yang ada di dalamnya, kita bisa ngerasain kalau proses untuk menerima yang namanya kehilangan itu nggak semudah yang kita pikirkan. 

Oke, terakhir! Kutipan dari buku ini yang mau aku share ke kalian. Duh, kalau disuruh milih satu aja mah bingung aku hahaha. Jadi ini dia, ada tiga kutipan yang semoga aja bisa kita renungkan baik-baik untuk ke depannya!

"Bagian tersulit dari kehilangan adalah usaha yang tak pernah habis untuk menimbun lubang yang menganga dalam hati. Sementara, seberapa sulitnya seseorang berusaha, lubang itu akan terus ada."

"Jalan dalam kehidupan selalu bercabang-cabang. Tugas kita adalah memilih satu, dan apa pun yang terjadi, kita harus hidup dengan konsekuensinya."

"Hidup bukan tentang siapa yang menang, sebisa mungkin menghindari luka supaya nggak merasa sakit. Hidup adalah merasakan setiap luka yang datang supaya kita bisa melewatinya, supaya kita bisa belajar untuk sembuh."


2. The Stolen Years

Buku karya Ba Yue Chang An ini diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Haru pada Januari 2016. Waktu aku ngeliat rak buku dan nyari buku apa aja yang belum aku baca, kayaknya sih ini termasuk salah satu dari buku yang udah lama ada dan belum juga aku baca. Dan yap, pas aku baca sampe selesai, nggak ada rasa familiar kalau buku ini pernah aku baca sih haha. 

Alesan aku beli buku ini, menurut diriku yang memikirkan kemungkinan dari Hasna beberapa tahun yang lalu, selain karena judul bukunya, udah pasti karena cover buku yang cantik. Aku suka aja sih sama warna dan desainnya yang nggak begitu berlebihan dan adem aja buat diliat. 

Sinopsis:

Benarkah waktu dapat mengikis perasaan cinta?

Hal terakhir yang diingat He Man adalah ia sedang berbulan madu dengan suaminya, Xie Yu. Namun, tiba-tiba gadis itu terbangun di rumah sakit dan sudah bercerai. He Man mengalami amnesia dan lupa akan lima tahun terakhirnya.

Ia tidak mengerti mengapa ia bisa bercerai dari Xie Yu padahal mereka saling mencintai. Ia tidak mengerti mengapa sahabatnya sekarang malah menjadi musuhnya. Ia tidak mengerti mengapa seakan semua orang membencinya.

Ketika He Man berusaha mengumpulkan kembali kenangan dan ingatannya, ia mulai menemukan hal-hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

☺☺☺

Selain judul yang menarik dan cover buku yang cantik, buku ini juga punya sinopsis yang bikin penasaran nggak sih?

Oke, sebelum kita masuk lebih dalam ke pembahasan mengenai buku ini, ada satu hal yang harus aku kasih tau ke kalian.

Di halaman awal buku ini ada catatan dari penulis skenario Stolen Years, yaitu Huang Zhen Zhen. Ternyata cerita ini udah difilmkan pada tahun 2013, yang disutradarai oleh Wong Chun-chun. Aku juga baru tau kalau ada film ini dan yang berarti bahwa buku ini ditulis berdasarkan film tersebut. Kita suka bertanya-tanya kan ya kalau ada sebuah cerita yang ada dalam bentuk film dan buku, kayak apakah jalan ceritanya sama? Apakah kita harus baca bukunya dulu, atau nggak masalah mau dimulai dari mana pun juga? 

Nah, menurut Huang Zhen Zhen sendiri, nggak masalah mau kita nonton filmnya lebih dulu sebelum baca novelnya ataupun sebaliknya! Karena ia percaya keduanya akan memberikan kesan tersendiri bagi kita. Sebagai penulis skenario dari film tersebut pun ia udah ngerti banget sama cerita dari film tersebut. Jadi, kalau kalian bertanya nih apa tanggapan dari ia sendiri mengenai cerita yang ditulis oleh Ba Yue Chang An, ia bilang kalau cara penulisannya tuh begitu menarik, menyentuh hati, dan detail. Dalam novel ini, penulis mengubah sedikit alur cerita, menambahkan lebih banyak detail kepada setiap tokoh dan latar belakang cerita, yang membuat kita sebagai pembaca sendiri bisa lebih masuk ke imajinasi cerita yang lebih dalam. 

Dari penuturan di atas, aku sendiri sih berpendapat kalau nggak ada salahnya buat baca novel ini dan juga nonton filmnya, walaupun mungkin ceritanya nggak begitu jauh berbeda. Aku sendiri belum nonton filmnya, wong aku aja baru tau pas baca buku ini hehe. Dan aku tertarik buat nonton filmnya dong! Apalagi pas udah selesai baca buku ini dan tau akhirnya gimana... hahaha fix banget aku harus tau versi filmnya :) 

Langsung aja deh ya kita bahas buku ini!

Seperti yang udah kita tau dari sinopsis sebelumnya, He Man kehilangan ingatannya akan lima tahun terakhir di hidupnya. Ia terbangun dengan pemikiran kalau ia ada di rumah sakit karena kecelakaan yang ia alami saat berbulan madu dengan suaminya, Xie Yu, padahal nyatanya kecelakaan lainlah yang menyebabkannya seperti itu. Di tengah kebingungannya dengan keadaan ia yang seakan terlempar ke masa depan, dimana banyak hal sudah berubah, He Man juga harus menelan kenyataan kalau ia sudah bercerai dengan suaminya, padahal saat ia tersadar hanya ada perasaan cinta yang masih terasa begitu besar untuk Xie Yu.

Waktu baca buku ini tuh aku sering kali memposisikan diri sebagai He Man. Gimana rasanya ya kalau kita terbangun dengan perasaan dan kenyataan yang jauh berbeda? Kita harus beradaptasi dengan hal-hal yang nggak pernah kita ingat sebelumnya. Kita harus berada dalam posisi yang nggak pernah kita bayangkan sebelumnya. 

Jangankan soal perasaan deh. Di cerita ini juga digambarkan perubahan dunia yang begitu besar dalam kurun waktu lima tahun, khususnya dalam bidang teknologi. Kalau mau kita renungin nih, sekarang sih rasanya biasa aja ya waktu menggunakan HP atau laptop kita. Berbagai merek yang lagi naik daun dan dipakai banyak kalangan rasanya udah jadi suatu kewajaran. Tapi gimana kalau kita dalam versi masih pake HP pertama kita, yang pastinya nggak secanggih sekarang, tiba-tiba harus dihadapkan dengan kita dalam versi terkini, dengan segala kemudahan dan kecanggihan yang udah menjadi hal sehari-hari kita. Bakal kaget nggak sih? 

Balik lagi ke cerita. 

Seakan dia masih bingung sama dunia yang sekarang, juga alasan kenapa dia bisa bercerai dengan Xie Yu yang amat dicintainya, ia juga dihadapkan dengan kenyataan kalau mantan suaminya itu udah punya pacar baru, yaitu Lily. Asli, tiap bagian ada Lily ini bawaannya tuh sebel mulu gitu loh aku. Nggak ada yang salah sama dia. Wanita muda yang baik, cantik, ceria, tapi kadang di beberapa bagian aku suka ngira dia kek pacar yang posesif gitu. Tapi di sisi lain juga aku bisa ngertiin perasaan dia.

Hahaha bingung nggak sih? 

Aku emang nggak pernah ada di posisi Lily, tapi waktu bagian dia ngeluarin semua emosinya, unek-uneknya, itu tuh rasanya kayak... damn, that's hard. Gimana di suatu waktu, semuanya tuh nggak ada gunanya. Mau kita marah, nahan emosi, atau sengaja menutup mata dengan apa yang terjadi, semuanya tuh nggak ada gunanya. 

Karena dari hati kita yang terdalam, kita tau apa yang terjadi.

Atau, apa yang akan terjadi ke depannya.

Tapi, sekeras apapun kita berusaha buat ngelakuin yang terbaik, mencoba mengerti akan situasi yang sedang dihadapi, ya pada akhirnya semua itu nggak ada gunanya. 

Hahaha plis, rasanya aku mau minta maaf ke Lily karena udah sebel sebelumnya sama dia, padahal kalau dibayangin gimana rasanya jadi dia, itu tuh nggak mudah. Sama sekali nggak mudah. 

Kau takut menyakitinya, lalu bagaimana denganku?

Ow :( oke kita lanjut aja sebelum aku semakin mellow

Dari awal cerita yang menggambarkan kehidupan rumah tangga He Man dan Xie Yu, aku tuh dibuat gemes sendiri. Kayak, emang rasanya tuh heboh banget tiap harinya. Cara mereka bercanda, interaksi, atau nunjukkin rasa sayang satu sama lainnya tuh bikin aku kek, duh. Rasanya mau juga begitu hahaha. Ya bayangin aja, hal sesederhana ngedengkur tuh bisa jadi hal yang kocak dan terasa begitu dalamnya di kemudian hari. 

Aku nggak mau spoiler, tapi mendekati akhir cerita emang kita diarahkan ke hal baik yang akan datang nantinya. Tapii, tapi lagi nih, hal baik itu rasanya terlalu dini untuk sebuah cerita, yang masih ada beberapa halaman setelahnya. Kayak, bikin aku mikir loh, ini udah seneng tapi ada apa lagi di halaman-halaman selanjutnya? Kok masih lumayan banyak? Masa iya full nyeritain seneng-senengnya?

Ternyata oh ternyata :) 

MAU MARAH.

Ada aja gitu loh ujiannya. Aku berasa balik lagi ke masa dimana aku baca buku Memory of Glass, walaupun ceritanya beda, tapi vibe yang aku dapetin pas baca bagian itu tuh rasanya kurang lebih sama. Dan seakan hal itu belum cukup, ending dari cerita ini tuh... hahaha nangis aja apa ya aku. Bahasa baiknya, bisa disebut open ending, gimana kita mau interpretasiin akhir dari cerita itu. Bahasa nyelekitnya ya, gantung. Kayak, oke kemungkinan happy ending yang aku inginkan tuh mungkin kecil, aku bakal sebel juga kalau jadinya tuh malah sebaliknya, tapi aku lebih mau akhir yang jelas, yang kalaupun jadinya sedih, ya bakal aku terima deh ya mau nggak mau juga. Kalau gantung gitu kan rasanya kayak.. ya begitulah, nano nano rasanya. 

Mana emang segantung itu loh akhirannya! Segantung ituuuu. Frustasi deh aku. Mau menularkan ke-frustasi-an aku ini tapi gimana caranya kalau kalian aja nggak paham konteksnya ya kan :( tapi aku nggak mau ngasih tau detailnya juga haha :( makanya aku kepo banget sama versi filmnya tuh bakal gimana. 

Oke, sebelum aku makin misuh dengan akhir dari cerita novel yang nggak akan bisa aku apa-apain juga kan ya, mending kita mulai intip beberapa kutipan yang aku pikir cukup menarik untuk bisa dibaca juga sama kalian semua. Iyap, ada beberapa karena aku nggak bisa milih kalau cuma harus satu aja hehehe, walaupun emang sedih-sedih semua tapi yaudah ya, emang bagus dan bener juga kata-katanya :D

"Seberapa besarkah kemampuan manusia untuk dapat menerima suatu kenyataan hidup? Hanya orang yang pernah terluka begitu parahnya yang akan bisa mengerti. Asalkan masih hidup, kita pasti bisa melalui apa pun yang akan terjadi selanjutnya."

"Berapa banyakkah hubungan yang kandas karena keegoisan, dan berapa banyakkah cinta yang memudar karena kerakusan?"

"Begitu berpisah, malah bukan perasaan cintalah yang membuatnya tersiksa, melainkan kenyataan bahwa cinta mereka perlahan memudar dan akhirnya hancur."


3. Love With a Witch

Novel ini ditulis oleh Hyun Go Wun dan cetakan pertamanya diterbitkan oleh Penerbit Haru pada tahun 2015. Nggak tau deh ya kapan pastinya aku beli buku ini, tapi yang pasti udah cukup lama melihat dari kondisi kertas yang udah ada bercak kuning di beberapa bagian. Aku juga baca buku ini karena lupa pernah aku baca apa nggak, tapi pas udah aku baca ternyata ada rasa familiar yang muncul, dan setelah aku baca lagi sampe ya pertengahan cerita, ternyata emang udah pernah aku baca bukunya :D Tapi akhirnya tetep aku baca ulang aja sih, karena aku juga udah lupa cerita akhirnya gimana. 

Hal yang baru aku notice pas baca lagi novelnya itu tulisan di bagian cover yang menyatakan 'dari penulis novel laris yang telah dibuat dramanya: Shine or Go Crazy (tayang di MBC Korea mulai Januari 2015)'. Nah, aku kurang ngerti nih apa berarti novel ini ada versi dramanya atau gimana, karena kalau aku liat dari sinopsis dramanya tuh kayak beda aja gitu dari cerita novel yang aku baca? Jadi ya, harus aku tonton dulu sih biar tau emang ini cerita yang sama atau nggak.

Sinopsis:

Kau tidak percaya penyihir? Sayang sekali.

Jangan terlalu serius dalam segala hal dan cobalah untuk bermimpi, sesekali. Siapa tahu saja, suatu hari nanti seorang penyihir akan membuat keinginanmu jadi nyata hanya dengan mengayunkan tongkat sihirnya.


Jun Hwi bertemu dengan seorang perempuan yang menyelamatkan keponakannya, Eun Yoo, dari kecelakaan.

Mata perempuan itu.. seperti mata kucing yang bersinar. Bagian putihnya terlihat transparan karena sangat putih. Tatapan mata yang tajam itu membuatnya tidak berbeda dengan tatap mata penyihir yang sering muncul di buku bergambar milik Eun Yoo.

Tidak salah lagi. Perempuan itu adalah penyihir.

Kalau ia bukan penyihir, tidak mungkin Jun Hwi bisa begitu mudah menitipkan keponakan kesayangannya pada perempuan yang baru dikenalnya. Padahal anak itu sedang diincar-incar orang jahat. Belum lagi, kenapa Jun Hwi jadi ingin mencium penyihir itu?

Sihir apa yang perempuan itu rapalkan pada Jun Hwi?

☺☺☺

Sinopsis yang cukup panjang ya?

Tapi kira-kira, kalian bingung nggak sih sama cerita apa yang bakal diangkat dari sinopsis itu? Karena ya, kalau diliat dari kondisinya berarti kan latarnya tuh bukan yang dunia sihir banget gitu. Kok bisa gitu, om yang menitipkan keponakannya karena lagi diincar orang jahat tuh bisa ada di satu kalimat yang sama dengan penyihir?

Jadi ya, biar kalian nggak bingung juga, dan semoga ini nggak jadi spoiler sih ya, anggap aja sebagai petunjuk gitu biar kalian nggak terlalu clueless. Menurut aku sendiri sih kata 'penyihir' yang digunakan di cerita ini tuh cuma sebagai sebutan aja, istilah gitu, karena si perempuan yang ditujukan dengan embel-embel penyihir itu sifat dan perawakannya bikin si Jun Hwi jadi keinget dengan yang namanya penyihir. Poin penting lainnya, jalannya keseluruhan cerita ini tuh jadi dibuat dengan hal-hal yang berhubungan sama penyihir, contohnya tiap chapter tuh ada 'pedoman sihir' dan 'ramuan' tersendiri yang menjadi dasar dari cerita di tiap chapter. Kalau buat aku sendiri sih, jatohnya jadi unik aja, dan lucu juga karena ramuan yang diracik itu juga disesuaikan sama kondisi dari cerita itu, kayak emang bumbu-bumbu yang mungkin suka ada di suatu ramuan tuh dipaduin dengan hal-hal normal lainnya yang biasa kita jumpai di kehidupan nyata. Ah, satu lagi, aku ngerasa suka ada 'humor' tersendiri yang tersirat dari berbagai resep yang ada di tiap ramuan :D

Salah satu contoh dari pedoman sihir yang unik dan menghibur sendiri buat aku!

Cerita ini berfokus ke Soo An yang dengan pertemuan tidak sengajanya dengan Eun Yoo, keponakan Jun Hwi, malah mengantarkannya ke dunia yang jauh berbeda dari apa yang biasa ia jalani sehari-harinya. Kesehariannya yang hanya berputar di keluarga kecilnya, keributan dengan saudara kembarnya, atau pekerjaannya sekarang jadi bertambah dengan ia yang harus mengurus anak kecil yang sedang dalam kondisi tidak aman. Soo An juga jadi harus 'terjun' ke masalah keluarga yang cukup pelik yang menjadi latar belakang dari seluruh permasalahan Jun Hwi dan Eun Yoo. 

Walaupun keliatannya cerita ini cukup rumit, karena ya jujur sih aku juga harus bener-bener fokus ke masing-masing karakternya, apalagi yang mencurigakan gitu kan tersangka nomer satu kalau mereka yang jahat, tapi pembawaan karakter Soo An tuh jadi hiburan sendiri sih. Ceritanya jadi nggak ngebosenin atau terlalu berat gitu, ditambah ada Ian sang saudara kembar Soo An yang lahir 20 menit setelahnya, yang juga menambah huru hara cerita ini. 

Tapi dari cerita ini juga aku jadi liat semengerikan itu loh kerakusan seorang manusia. Padahal apa yang mereka punya tuh udah banyak dan harusnya mah nggak perlu mereka jadi lebih 'gila' lagi akan suatu hal, tapi ya namanya manusia ya. Terus juga kita bisa liat sih perbedaan keluarga satu sama lain, jadi emang ya yang dari awal keluarganya harmonis, pola asuhnya baik, lingkungan sekitar dan rumahnya juga mendukung ya menghasilkan karakter anak yang baik. Lain cerita kalau ternyata di satu keluarga itu ada aja masalah tertentu yang terus menumpuk dan akhirnya jadi bom waktu sendiri buat mereka semua. 

Ah iya, ngomongin pola asuh, karakter Eun Yoo disitu juga bikin aku terenyuh sendiri sih. Dia yang masih kecil tapi udah dipaksa dewasa dalam menyikapi banyak hal sampai akhirnya emang keliatan dewasa sebelum waktunya. Mungkin nggak dipaksa juga sih, tapi ya kondisi dan lingkungan sekitar aja yang akhirnya memaksa dia untuk begitu, atau nggak bisa ngeluarin jati dirinya sebagaimana mestinya dia bersikap sesuai umurnya. Nah waktu dia tinggal di rumah keluarga Soo An, mulai ada tuh perubahan sikapnya, jadi lebih manja, terbuka, dan bisa mengutarakan keinginannya gitu. Walaupun keliatan sepele tapi kan itu juga penting. 

Kalau ngeliat interaksi Eun Yoo sama Soo An tuh lucu aja gitu, kayak mereka bisa klop gitu aja. Mereka juga deket sampe suka bikin Jun Hwi tuh iri sendiri, antara dia jadi nggak bisa sedeket itu sama keponakan kesayangannya atau sama wanita yang dia cintai, ups. Eun Yoo sama Ian kalau udah disatuin juga kocak sendiri. Beda lagi nih kalo kita udah ngebahas soal Soo An dan Jun Hwi, yang interaksi mereka tuh kalau pas aku baca kadang bikin capek sendiri, padahal aku cuma baca gitu. Mereka kalau lagi adu mulut kayak nggak ada habisnya, dan lucu juga liat Jun Hwi jadi kelimpungan sendiri ngadepinnya. Tapi ya mereka nggak ribut melulu kok kerjaannya, kalau lagi mode sweet juga jadi bikin gigit jari sendiri, walaupun nggak lama bakal ada adu mulut lagi sih hahaha. 

Kalau dari segi jalannya cerita sih ya buat aku menarik. Kenapa? Karena ya kita kayak diajak maju mundur aja gitu, pas udah halaman segini ngira 'oh si A dalang dari semuanya', pas lanjut baca lagi nggak taunya mikir 'oh si B nih yang cari gara-gara', gitu aja terus sampai akhirnya bener-bener terungkap semuanya. Jadi dari segi cerita dan karakter tiap tokohnya sih nggak akan bikin kita bosen pas baca. Jangan lupa juga dengan penyajian resep ramuan yang berbeda di tiap chapter!

Begitu sih kira-kira untuk buku ini. Aku berusaha biar nggak spoiler juga ke kalian jalan cerita atau inti permasalahannya tuh apa hahaha, kan nggak seru nanti kalo ketauan. Jadi kalo kalian penasaran bisa langsung baca aja sendiri! 

Terakhir, buat buku ini sih aku jarang ya nemu kata-kata yang 'oke' gitu sebagai satu kutipan utuh, atau mungkin akunya juga aja yang nggak sadar. Maka dari itu, mungkin ini yang bisa aku bagi ke kalian!

"Di dunia ini, yang paling ditakutinya adalah manusia. Hanya manusia yang bisa membuat manusia lain merasa ketakutan."


Oke! Nggak berasa ya perjalanan kita menelusuri dunia yang berbeda dari satu buku ke buku lainnya udah selesai. Tapi bukan berarti ini terakhir kali aku baca buku ya, nggak dong! Nanti aku bakal share lagi buku-buku yang aku baca, siapa tau ada yang cocok juga di kalian kan? Aku seneng kalau bisa berbagi hal-hal bermanfaat ke kalian juga!

Makasih juga ya udah mau nemenin petualangan buku beberapa bulan ini. Setia banget deh kalian kalau ternyata masih ngikutin aja seri ini hehe :( semoga aja setelah ini aku dan kita semua bisa makin rajin baca buku, apa pun bukunya!

See you next time!

No comments: